Tepatnya hari ini, Kamis, 28 Maret 2019, saya dan rekan -- rekan
sekantor Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur melakukan perjalanan
Dinas ke tanah Solor tuk menyambangi beberapa Desa di dua Kecamatan
yakni Kecamatan Solor Barat dan Solor Selatan.
Perjalanan kami
kali ini dimaksudkan untuk bertemu teman-teman kelompok yang akan kami
jadikan sebagai kelompok penerima bantuan benih ikan unggul untuk
pembudidayaan ikan air tawar.
Ini sungguh penting agar kelompok
penerima benar-benar disiapkan secara baik, mulai dari organisasinya,
lokasi kolam hingga kesiapan dan antuasias para anggota dalam menyambut
program ini sebagai salah satu program pemberdayaan bagi masyarakat
pedesaan.
Pagi
itu, cuaca sedikit mendung tatkala KM Purnama, kapal yang kami tumpangi
meninggalkan Pelabuhan Larantuka - Flores menuju pulau Solor tepatnya
di Pelabuhan Podor.
Perjalanan lewat laut entah dari dan ke
Larantuka menuju solor atau sejumlah pulau lain yakni Adonara dan
Lembata juga sebaliknya di perairan Flores dan Lembata sudah merupakan
hal biasa.
Tapi hal itu tetap menjadi luar biasa karena pesona
panorama alam sepanjang perjalanan adalah daya tarik yang sungguh punya
daya pikat yang sayang untuk dilewati. Perjalanan dari Larantuka ke
Solor biasanya ditempuh kurang lebih empat puluh lima menit.
Menyeberangi
Selat Larantuka yang teduh, membelah gelombang kecil yang meriak --
riak berayun pelan, lalu menyaksikan bebukitan Adonara yang berjajar
menghijau usai dihujani sehari sebelumnya tak terasa kami sudah tiba di
depan pulau solor, dan selanjutnya pelabuhan Podor.
Hampir jam
sepuluh pagi kami tiba di Pelabuhan Podor. Pelabuhan ini nampak agak
lengang, tak seramai pelabuhan di Larantuka. Maklum podor hanyalah salah
satu titik singgah kapal -- kapal penyeberangan yang menyinggahi pulau
Solor. Selain Podor, ada Pelabuhan Menanga, Pamakayo dan Ritaebang.
Namun,
Pelabuhan ini akan mendadak menjadi rame saat keberangkatan dan
kedatangan kapal -- kapal motor penyeberangan dan sesudah itu menjadi
sepi lagi, hanya segelintir anak --anak dan masyarakat yang menikmati
sensasi memancing ikan di pinggiran dermaga.
Tujuan pertama kami
adalah Ke Solor Selatan. Di sana kami mesti melapor diri ke Pimpinan
wilayah Kecamatan Solor Selatan. Di bawah pimpinan Ibu Kabid Budidaya,
Ibu Rosna, kami bersembilan orang melapor diri dan memberi tahu maksud
serta tujuan perjalanan dinas ini. Senyum ramah pegawai kecamatan
menyambut kami. Kota Kecamatan Solor Selatan yakni Desa Kelike.
Kelike
langsung berhadapan hadapan dengan Laut Sawu, surga bagi pemancing pole
and line. Laut Sawu menghubungi sejumlah Pulau di bagian selatan Pulau
Flores, Lembata dan solor.
Setelah berdiskusi sejenak, kami
bergeggas ke Desa Lemanu dan Kenere yang menjadi target Desa kunjungan
kami di Kecamatan Solor Selatan.
Menyusuri jalan sepanjang pesisir
pantai dengan sepeda motor , sungguh pengalaman yang teramat indah. Tak
banyak kendaraan yang melintas, tak ada hiruk pikuk suasana kebisingan
seperti jalanan kota, yang ada hanya sejuknya terpaan angin pantai yang
menyapu wajah dan suara gelombang pecah saat menghantam cadas di bibir
pantai yang menjadi teman setia seperjalanan. Me''rdu melodi suara alam
ini, sungguh menentramkan jiwa.
Tibalah kami di Desa Kenere yang
unik namanya itu. Nama Kenere, menurutku unik karena jarang terdengar
nama desa seperti itu sebelumnya yang pernah kudengar.
Yang agak
mirip yang pernah kudengar adalah Kirene, tapi itu ada di Kitab Sucinya
orang Katolik. Tuhan itu adil, walau tempat ini ada di belakang pulau
Solor yang baru dimekarkan menjadi kecamatan ke 19, kecamatan terakhir
yang dipunyai Flores Timur, namun berada di tempat ini dengan pesona
alam yang menentramkan dan memanjakan mata merupakan anugerah yang tak
ternilai harganya jika dibanding suasana perkotaan yang jauh dari
ketentraman apalagi ketenangan dan kedamaian yang semakin menjadi sulit
dan mewah untuk digapai. Mendapatkan ini di Solor Selatan dengan
Cuma-Cuma, mengajarkan kami untuk selalu bersyukur pada Sang Pencipta.
Cerita
tentang Lemanu tak kalah menggetarkan bagiku. Di Depan kantor Desa
sekarang, sementara berlangsung pengerjaan proyek Balai Rakyat sesuai
yang tertera pada baliho yang dipampang di depan lokasi Proyek.
Melihat
bangunan sebesar dan setinggih itu, diriku merasa kaget bukan main,
karena nilai anggran yang teralokasikan untuk pembangunan gedung ini
sesuai yang tertera pada papan informasi yang ada yakni empat ratusan
juta lebih, saya lupa angka tepatnya.
Ini adalah hal yang luar
biasa untuk kami. Hampir semua kami sepakat jika ini ditenderkan oleh
pemerintah maka mungkin nilainya akan sangat tinggi, bisa jadi di atas
satu miliaran lebih. Fakta ini menunjukan bahwa soal gotong royong,
nilai yang menjadi ciri khas orang Indonesia masih mengakar kuat di di
Pedesaan, dan di Desa seperi ini kami boleh belajar soal itu.
Bagaimana respon Desa untuk program pembudidayaan Ikan di desa ?
Masyarakat
sangat senang jika hal ini bisa terealisasi. Bahkan aparat Desa
bersedia hal ini bisa dianggarkan dalam RAPBDES. Mereka sepakat bahwa
perlu adanya penguatan Kelompok sebelum menjalankan program ini.
Perlu
ada pembekalan secara lebih baik terkait teknis pembudidayaan ikan air
tawar kepada masyarakat. Hal ini terungkap oleh salah seorang Kepala
Desa di Kecamatan Solor Barat dalam tatap muka bersama kami tim dari
Dinas di hadapan Bapak Camat Solor Barat di ruang aula pertemuan Kantor
Camat Solor Barat.
Kami dari pihak Dinas mengakui hal tersebut,
dan tetap membuka ruang komunikasi bersama pihak desa yang berminat
untuk dikembangkannya porgram ini dalam masyarakat.
Sebagai
sebuah program pemberdayaan, tentu banyak hal yang mesti dipersiapkan,
namun hari ini adalah sejarah dimana pintu masuk sebagai awal dimulainya
program ini telah dibuka.
Seperti halnya Bapak Camat Solor
Barat, Adrianus Herin yang sangat antusias mendorong masyarakatnya untuk
bisa menjadikan usaha ini sebagai usaha alternatif dalam upaya memenuhi
kebutuhan konsumsi ikan masyarakatnya. Semangat yang terlontar sebagai
motivasi tersebut, menjadi penutup dalam pertemuan singkat yang
bermakna itu.
Tak terasa waktu berlalu, sekarang waktu sudah
hampir sore, dan saatnya harus kembali.. Sesuai informasi dari teman --
teman yang coba menghubungi Anak Buah Kapal, bahwa Kapal KM Purnama akan
bertolak dari pelabuhan Podor sekitar pukul delapan malam. Kami memacu
sepeda motor untuk kembali menuju pelabuhan.
Namun karena masih
sangat sore, untuk mengisi waktu sebelum kedatangan kapal, kami
menyinggahi rumah Ibu Rini Labuan, teman seperjalanan kami yang
suaminya kebetulan bertugas sebagai Kepala Sekolah SMAN Solor Selatan.
Sebagai pelepas lelah perjalanan kami, beliau menyiapkan kopi sore yang
mampu menghangatkan suasana.
Semakin lengkap, beberapa seloki
arak atau moke bagi saya dan beberapa teman laki -- laki pun kami
teguk sejenak untuk melupakan rasa lelah. Akhirnya kamipun harus
kembali, menuju pelabuhan Podor untuk menumpang KM Purnama yang akan
membawa kami kembali Ke Larantuka.
Bukan sebuah kebetulan
peristiwa alam malam ini, di bawah temaram cahaya bulan Purnama yang
ditemani hiasan bintang di langit, KM Purnama menghantar kami dengan
selamat hingga tiba di Larantuka. Terimakasih Solor, darimu diary
perjalanan dinas ini bisa kutulis, sampai jumpa dalam dairy perjalanan
dinas berikutnya.
Oleh : Sebastianus Kia Suban, S.PiStaf Pada Dinas Perikanan Kabupaten Flores Timur